Lihat Juga

Rabu, 24 Januari 2018

Masa-masa SURAM di SMA

Kalau dipikir-pikir dulu waktu masih sekolah, kalau punya pacar disekolah itu pasti keren.
Ini nih ya efek krna kebanyakan nonton film drama high school, berasa jadi king and queen prom getooo...
Seiring bertambah dewasa, kalau ingat masa penjajahan dulu ya ampun malu-maluin banget saya😂😂

Kalau lagi berantem, update di sosmed 1 kali permenit udah kaya pesawat jet syahrini. Bales-balesan lewat status, sindir-sindiran yaampun alay banget sumpah. Terus kalau lagi baikan, update yang bahagia-bahagia mulu, pajang foto bedua mulu. Kadang update status masih kenceng sahut-sahutan pm, udah kaya chat rusak sampe-sampe apa yg di chat ditulis di publik seakan pengen orang-orang tau kalau kita bahagia.

Itutu masa-masa alay yang pernah saya lewatin sih. Bahkan parah banget mah, satu sekolah gak ada yg gak tau tentang hubungan saya sama pacar saya waktu itu. Setelah putus beberapa hari sebelum Ujian Nasional pun, berita putusnya hubungan kita tuh masih diomongin dimana-mana.

Yaa bukan karena kita terkenal sih, saya mah bukan selebgram, waktu itu mah ig masih belum begitu hits. Mungkin karena kebanyakan sensasi dan absurd banget itu kali yah. Sebelumnya sih, saya gak pernah berfikir kalau itu bakal jadi sensasi, saya cuman melampiaskan emosi. Biasalah emosi anak labil gak bisa di manage.

Kalau diinget-inget sih, kaya pengen nyewa mesin waktu buat balik ke zaman SMA buat secepatnya mengakhiri hubungan yang bener-bener gak sehat itu.

Tapi masih bisa petik hikmah didalamnya sih, karena semua kejadian yang menyebalkan, memalukan, menyakitkan, membahagiakan dan itu semua adalah cara Tuhan memperlihatkan warna dunia sesungguhnya.
Tapi yang membuat saya kesal dengan diri saya sendiri adalah, tidak pernah belajar dari kesalahan.

Setelah sekian banyak warna dunia yg diperlihatkan Tuhan pada saya, sekarang saya mulai bisa meredam emosi, menahan perasaan, bersabar dan memaafkan.
Sulit memang untuk bisa berdamai dengan masa lalu, tapi mau tidak mau saya harus merelakan masa-masa yg menjadi masa tersuram saya dan mengikhlaskan semua rasa kecewa, marah, sedih, sakit, dan malu.

Yang saya gak habis fikir dengan pola pikir saya adalah, saya baru mampu memahami semuanya ketika saya sudah berusia 21 tahun .
Wah, ternyata butuh 21 tahun, dan lebih dari 5 kali patah hati untuk saya bisa mengambil hikmah dibalik kehidupan saya.

Sabtu, 19 Agustus 2017

Short story of the day : 17/7/17

Hari ini, seperti hari biasanya. Dengan susah payah aku mengumpulkan niat untuk bangun dari tempat tidur, berharap jam dinding yang tergantung tepat diatas televisi itu bisa berhenti berputar sejenak untuk beberapa menit saja. Jam masih menunjukan jarum pendeknya kearah jam 6, dan dapat dipastikan beberapa saat lagi mama akan masuk kekamar dan mencuci mukaku dengan air shalawatnya agar sesegeranya bangun karena ada kewajiban yang harus dilaksanakan, ada lantai yang harus dibersihkan dan cucian yang segera harus dibereskan. Tak lama setelah memikirkan demikian suara langkah kaki mama mulai terdengar samar2 dari kejauhan. Dengan gontai aku langsung bangun dan duduk, pertanda bahwa ketika mama masuk kedalam kamarku, aku sudah bangun dan beliau tidak perlu repot2 mencuci mukaku lagi. 
"Mia, lakasi bangun basubuh balum, lantai dilap, tatapasan dijamur (cepat bangun, belum shalat subuh, lantai dipel, cucian dijemur)". "Hmmmmmm" jawabku dengan anggukan yang artinya iya. Mama tersenyum, kali ini beliau gagal mencuci mukaku.

Matahari semakin meninggi. Aku menyapuh keringat setelah lelah membersihkan seisi rumah, "Akhirnya selesai" ucapku dengan bangga. Aku melirik kearah jam dinding diruang tamu itu, jarum pendeknya sudah lewat dari angka 7. Saatnya untuk mengambil anduk, menggalung rambut dan kemudian segera berlari ke kamar mandi. Dari berbagai aktifitas yang aku jalani setiap harinya, bagiku hal tersulit untuk dilakukan hanya satu hal yaitu MANDI PAGI. Setelah lama libur sepanjang bulan ramadhan dan ditambah dengan libur semester, rasanya mandi pagi adalah hal yang benar2 terasa asing bagi seorang yang pada dasarnya memang malas mandi.

Hari ini hari senin. Aku menghirup udara segar yang sepertinya baunya tidak terasa begitu segar, akh ternyata itu bau kaos kakiku yang lupa kucuci sebelum libur bulan ramadhan. Siapa saja yang menciumnya mungkin akan keracunan gas berbahaya, bahkan dapat menyebabkan impotensi, gangguan kehamilan dan janin *eh.

"Aku sudah siap" ucapku dalam hati. Ini hari pertamaku setelah sebulan lebih libur. Aku sangat merindukan mereka, Anak muridku. Iya, aku Dwi Meydianti. Seorang guru honorer di sebuah sekolah dasar yang berada dipinggiran kota barabai, yang murid keseluruhannya hanya berjumlah sekitar 40 orang. Bagiku itu sudah banyak, dengan jumlah mereka yang hanya rata2 7 orang perkelas sudah membuat kepalaku pusing untuk menghadapinya. Sebenarnya aku hanya di honorkan untuk menjadi penjaga perpustakaan, tapi karena kepala sekolah sangat sibuk sehingga beliau memintaku menggantikan tugas mengajar beliau untuk mata pelajaran PKN, tapi itupun hanya kelas 4,5 dan 6 Tak apa bagiku hanya mendapat tugas ditiga kelas saja dan gajih yang tak seberapa karena aku masih kuliah jalan semester V di salah satu sekolah tinggi keguruan didaerahku. Ilmu pengetahuanku masih terbatas dan sangat tidak berpengalaman dalam mengajar, apalagi dalam bagian kepustakaan, tapi beruntungnya aku punya orang tua yang masih tidak terlalu memikirkan besar penghasilanku, karena kuliah sambil bekerja itu bukan hal yang mudah dilakukan. Mama hanya ingin aku mendapatkan pengalaman mengajar agar kedepannya bisa terbiasa dalam menghadapi murid2 yang memiliki karakteristik berbeda. Untungnya lagi, ayahkulah yang mengepalai sekolah itu sehingga beliau mempercayakan pekerjaan menjaga perpustakaan kepadaku yang bahkan tidak kuliah di bidang kepustakaan dan akupun tau bahwa aku tidak akan menjadi seorang penjaga perpustakaan tetap, tapi itu malah membuatku tertantang untuk dapat mengelola sebuah perpustakaan sekolah.

Aku melamun terlalu lama sampai lupa jam 8 sudah terlewat beberapa menit. Aku beranjak pergi menuju sekolah dengan menaiki sepeda motor honda beat keluaran tahun 2011 yang sudah agak ketinggalan jaman dibandingkan motor honda scopy yang bahkan sekarang sudah bisa dipakai untuk mencharge hanphone. Cukup menempuh 10 menit dari rumahku, akhirnya aku sampai dan langsung memarkirkan motorku. Terlihat dua tiga orang murid menyapa dan meminta bersalaman. Ini adalah yang sangat aku rindukan. Aku merindukan suasana ketika mereka merasa senang dengan kedatanganku, meskipun kadang mereka susah kuatur hanya karena aku guru muda yang mungkin saja mereka berfikir usiaku baru 18 tahun *pengennya gitu, sehingga mereka kurang menghormatiku. Tapi tak apa, mereka masih terlalu polos untuk mengerti perasaan seorang guru dan pada dasarnya anak2 memang seperti itu.

Dari beberapa murid disekitarku berdiri, rasanya ada yang hilang. Ah iya, murid kelas VI tahun lalu sudah lulus. Sebenarnya semua murid itu spesial buatku, tapi murid yang paling aku spesialkan adalah murid2 kelas VI karena dikelas VI punya banyak murid yang pintar dan juga menyenangkan untuk diajak bicara. Tapi sudahlah, seperti pasangan kekasih yang memutuskan perpisah demi mengejar cita2, tahun akan terus berlanjut, dan yang sudah menyelasaikan tingkatan sekolahnya maka mereka akan pergi untuk meneruskan perjuangan mereka. Aku hanya berharap ilmu yang aku sampaikan bisa mereka ingat hingga mereka sukses nanti *yay, aku cukup bijak dalam urusan seperti ini.

Aku berjalan menuju ruang kantor. Terlihat sebagian guru sudah datang dan satu orang guru terlihat sedang mengurus penerimaan siswa baru. "Sudah berapa orang yang mentaftar pak ?" Tanyaku sekedar berbasa basi.
"Haha, sudah 30 orang." Jawab beliau sambil tertawa.
Dari cara bicaranya sepertinya itu terasa seperti hanya 3 orang yang mendaftar. Akupun ikut tertawa, seperti beliau tau apa yang aku pikirkan, "hiih nah, cuma 3 orang, kayaknya kada batambah lagi pang (iya nih, cuma 3 orang, kayaknya gak nambah lagi deh)". Sambung beliau lagi.

Namanya juga sekolah pinggiran kota, sudah pasti jumlah muridnya kurang lebih seperti itu. Belum lagi jika ada yang tidak bisa membaca terpaksa tidak naik kelas, dia merasa malu dan kemudian memutuskan putus sekolah. Itu adalah salah satu kejadian yang aku takutkan. Ketidak mampuan seorang guru untuk mengajarinya membaca, dan kurangnya kepedulian sang orang tua murid menyebabkan bertambahnya anak2 putus sekolah dipelosok daerah. Sementara anak2 para petinggi negara dan dikota2 sana sudah disibukkan dengan gadget canggihnya, sedangkan disini ada anak yang bahkan belum belasan usianya namun sudah mengerjakan pekerjaan orang tuanya untuk bertani dan mengangkut karung2 padi (bahasanya mengangkut pelayan) beratus2 kilogram beratnya.

Miris memang, ketika banyak orang tua dan orang2 berkecukupan merasa iba ketika menonton acara televisi yang menayangkan tentang sisi kehidupan orang pinggiran yang biasanya berada didaerah luar kalimantan, lalu ibakah mereka dengan  keadaan sekitar mereka ? Mengapa masih banyak anak2 putus sekolah didaerah pinggiran kota ? Mengapa sedikit sekali orang yang peduli dengan pendidikan dan nasib masa depan anak2 seperti mereka ? . Ah sudah, tidak akan ada habisnya mempertanyakan pertanyaan yang entah untuk siapa, sama halnya seperti bertanya kepada anak kecil yang tak sengaja menghilangkan kartu atm ayahnya *nyambung gak sih?. Yang jelas, hanya dengan cara ini aku mengabdikan diri demi anak2 penerus bangsa agar tidak lagi ada kasus putus sekolah seperti demikian.

Kembali ke kantor. Duduk sebentar dikursi untuk sekedar menyapa guru2 lain. Tak lama berselang, aku meraih kunci perpustakaan. Banyak murid2 yang merengek meminta dibukakan perpustakaan seperti anak yang minta dibelikan gulali warna pink atau es krim rasa coklat.

Aku segera menuju ruang perpustakaan, diikuti murid2 yang tadi berisik merengek. Mereka sangat antusias untuk memasuki perpustakaan, tapi aku tau satu hal mengapa mereka bersemangat. Sudah pasti ingin bermain didalam perpustakaan. Hanya satu dua orang yang benar2 punya niat membaca.

Aku memasukan kunci yang kupegang kedalam lubang kunci dipintu menuju perpustakaan, bahkan ada anak yang sudah mengutak atik gagang pintunya seakan tidak mau menunggu. Kuputar kunci itu kearah kanan sebanyak dua kali, dua orang anak yang tahu itu pertanda kunci sudah dibuka langsung saja mendorong pintu yang sudah tak terkunci lagi itu. "Hei, hei jangan di dorong, ini gagangnya harus diputar dulu baru ditarik", ucapku sambil memegang gagang pintu dan memutarnya lalu menariknya kedepan. Seketika pintu dibuka, murid2 yang sudah tak sabaran itu memasuki perpustakaan.

Karena libur panjang selama lebih dari satu bulan, ruang perpustakaan yang dibangun dari semen dan lantai porselen itu benar2 terlihat kotor. Debu dan giring-giring menyelimuti seluruh rak buku, sarang laba2 juga ikut menempel disana, bahkan pojok2 ruangan pun dijadikan rumah oleh mereka. Rak buku diperpustakaan itu benar2 sudah tua, sehingga mengeluarkan banyak sekali serbuk kayu atau giring2 setiap harinya.
Aku meminta anak2 untuk membantu membersihkan ruangan, namun mereka semua tetap saja sibuk sendiri dengan aktifitas mereka masing2. Hanya ada satu orang anak kelas II yang berlari mencari sapu. Dia cukup familiar, karena anak itu yang sering mengadu keruang kantor jika ada anak yang bertengkar atau menangis, ya meskipun dia sendirilah biang onarnya. Dengan bersemangat dia berlari kearahku dan menyodorkan sapu yang dia ambil jauh2 dari ruang kelasnya, padahal di ruang perpustakaan itu juga sudah tersedia banyak sapu.
"Bu, ini sapunya !". "Ah iya, terimakasih Badawi, sekarang bantu ibu menyapu yah !" Ucapku pada anak itu sambil menyodorkan balik sapu yang tadi dia sodorkan.
Terlihat raut wajah malas seorang anak kecil sedang ada dihadapanku, aku pun meminta anak2 yang lain untuk membersihkan nya, namun tentu saja tidak akan semudah seperti menyuruh mereka makan gulali warna merah muda. Tapi paling tidak, anak2 kelas V banyak membantuku, meskipun hanya sekedar menyapu lantai porselen agar anak2 yang lain bisa duduk membaca dimeja kecil yang ukurannya seperti meja belajarku dirumah, hanya saja meja2 diruang perpustakaan itu berbahan dasar kayu.

Dari lebih dari sepuluh orang murid yang berada didalam ruang perpustakaan, tidak ada seorangpun yang bisa diam duduk manis dimejanya untuk membaca sebuah buku. Aku terus menegur anak2 yang berisik agar patuh pada peraturan perpustakaan, hingga lama kelamaan seiring bergeraknya arah jarum jam, anak2 yang awalnya hanya ingin bermain didalam ruang perpustakaan meninggalkan ruangan satu persatu, seperti seseorang yang sudah bosan dengan sang pacar dan memutuskan untuk meninggalkannya pergi tanpa rasa bersalah *yakk baper.
Hingga akhirnya tersisalah lima orang murid yang masih bertahan didalam ruang perpustakaan yang benar2 membaca buku, dan dapat diartikan bahwa minat baca 40 orang murid disekolah itu masih sangat rendah, seperti serendah seorang sahabat yang menikung temannya sendiri *wtf?.

Dari lima orang murid yang masih sibuk membaca, perhatianku terfokuskan kepada salah satu anak yang sejak semester lalu sangat aku senangi. Namanya Kamil Aditya, kelas empat. Si hiperaktif yang tidak bisa diam ini ternyata bisa fokus membaca, yaaa meskipun gaya membacanya masih bersuara nyaring dan membuat seisi perpustakaan yang hanya ada 6 orang didalamnya menjadi penuh dengan suaranya. "Kamil, berisik !". Teriak salah satu anak yang merasa terganggu dengan gaya membaca Kamil. Tapi seperti kebanyakan anak lainnya yang susah untuk ditegur, dia tetap saja membaca bersuara sesukanya.
Kamil termasuk murid yang susah diatur, jika dia sudah berulah, sikecil kamil akan menjahili anak2 lain disekitarnya. Dia sangat aktif dan hampir tidak bisa diam. Tapi ketika dia membaca, entah kenapa suara nyaringnya ketika membaca lebih mendamaikan daripada suara nyaringnya ketika membuat kegaduhan.

Setelah kurang lebih sepuluh atau lima belas menit, Kamil menutup bukunya sembari berteriak, "sudah selesai!" Kamil kegirangan. Aku yang sejak tadi memperhatikan dia dari meja penjaga perpustakaan ikut tersenyum. Melihat dia kegirangan setelah berjuang menyelesaikan sebuah buku dengan gaya membaca menabrak banyak titik dan koma itu mengingatkan aku ketika pertama kali aku mengenal sebuah buku.

Saat itu mungkin aku masih berumur 4 tahun, ya jika kuhitung sudah terjadi 16 tahun silam. Itulah hari dimana aku benar2 menikmati alur cerita didalam sebuah buku fiksi. Masih teringat samar2 tentang saat itu, aku juga tak begitu memperhatikan penerbit buku tersebut, tapi betapa hebatnya penerbit dan pengarang buku tersebut hingga membuatku, seorang anak berusia empat tahun begitu mengaggumi karya mereka. Masih teringat dengan jelas judul cerita pertama ketika itu adalah bawang putih dan bawang merah, namun cerita didalam buku tersebut banyak berbeda dibandingkan dengan buku yang memiliki alur cerita lain namun memiliki judul yang sama
Aku memang sudah lupa bagaimana keseluruhan jalan ceritanya, tapi aku masih bisa membayangkan situasi disana ketika acil Niah, penjaga perpustakaan di sekolah tempat ibuku mengajar, yang mengajariku dan membuka mataku tentang betapa menyenangkannya membaca buku. Ketika itu, aku memang masih belum bisa membaca, karena itulah Acil Niah dengan penuh semangat membacakan cerita2 fiksi bergambar yang sudah disiapkannya untuk dibacakan. Seperti seorang gadis yang pertama kali mengenal cinta, pengalamanku mengenal buku adalah ketika aku selalu penasaran bagaimana jalan cerita buku2 tersebut sejak awal dibacakan. Selalu ingin dibacakan, lagi dan lagi. Setiap hari aku habiskan untuk mendengarkan buku cerita yang dibacakan Acil Niah untukku.

Untungnya aku punya orang tua yang menyayangiku dan selalu mendorongku untuk maju. Tahun demi tahun berlalu, aku mulai belajar untuk membaca buku ku sendiri. Perlahan2, seperti pertama kali memulai pendekatan dengan perlahan tetapi pasti. Dimulai dari kata, dari kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragrap, paragrap menjadi bab, hingga pada akhirnya bisa menyelesaikan sebuah buku cerita.

Tapi, semakin usiaku bertambah. Minatku membaca mulai berkurang, karena berbagai macam hal yang aku lakukan. Sewaktu sekolah dasar, memang hampir seluruh waktuku sepulang sekolah hingga sore hanya kuhabiskan untuk bermain dengan teman2. Tak tanggung-tanggung, aku menghabiskan waktu bermain selalu dengan anak-anak laki-laki di desaku, mungkin itu sebabnya hingga saat ini aku lebih senang berteman dengan laki-laki ketimbang berteman dengan perempuan yang setauku kebanyakan dari anak-anak perempuan hanya suka membanding-bandingkan dirinya dengan temannya, bahkan tak segan menjelekan temannya sendiri agar dianggap lebih hebat.

Aku mengingat pengalaman mengenal buku, bukan karena masa kecilku hanya kuhabiskan untuk membaca dan malah membuatku menjadi seorang kutu buku. Bukan pula karena aku pintar mengingat semua buku yang pernah kubaca sejak awal mengenal membaca. Aku hanya orang biasa, tanpa IQ yang super tinggi. Aku hanya mengingat betapa aku menikmati saat2 itu, saat usiaku belum mencapai sepuluh tahun. Saat dimana hanya ada buku, tanpa smartphone canggih yang sekarang ini hanya kugunakan sebagai alat komunikasi, bersosial media, bermain game lets get rich atau hay day. Oh bodohnya kini aku menyadari, betapa tersia2kannya semangat membacaku hanya karena kini perhatianku tak lagi terfokuskan untuk membaca. Banyak potensi yang menjadi samar seiring bertambah dewasanya seseorang, sama seperti sepasang manusia yang menjalin cinta karena rasa nyaman yang menjebak, padahal itu hanya sesaat. Semakin lama hubungan berjalan, semakin sulit menyeimbangkan perasaan, hingga akhirnya berpisah dengan alasan sudah tak nyaman. Padahal cinta merekalah yang semakin memudar.

Sekarang, aku berada disekeliling tumpukan buku setiap harinya. Ini sudah saatnya aku menebus semangat membacaku yang sudah memudar sepupuh tahun terakhir kehidupanku.
Melihat Semangat Kamil membaca membangkitkan kembali semangatku. Tidak ada hal yang sia2 ketika membaca.

Tulisanku memang sejelek cacing kelaparan, tapi berkat membaca, ketika aku memasuki kelas 1 Sekolah dasar, aku sudah bisa meletakan dimana O bulat atau U pecah diletakan dalam sebuah kata, padahal didaerahku cukup susah membedakan huruf O dan U *banjar cuy.

Betapa aku bersyukur dengan pekerjaanku sekarang. Dan betapa pentingnya peranku sebagai seorang penjaga perpustakaan disebuah sekolah dasar. Seperti aku ketika itu, aku ingin anak2 murid disekolah ini bisa membaca seperti yang kamil lakukan. Aku ingin mereka menikmati membaca senikmat ketika aku membaca pertama kalinya.

Tapi bagaimana ? Seperti seseorang yang mencintai tanpa dicintai, untuk mendapat perhatiannya saja benar2 susah.
Susah sekali mengatur anak2 sekolah dasar agar menyukai membaca. Yang mereka lakukan selama ini hanya lebih banyak bermain dan bercanda didalam perpustakaan.
Tapi itulah tantangan seorang penjaga perpustakaan. Bukan hanya menjaga kebersihan perpustakaan, bukan cuma mencatat dan mendata peminjam dan pembaca perpustakaan. Aku harus menjadi semangat mereka agar gemar membaca.
Jadi, siapa bilang penjaga perpustakaan itu mudah ?.
Bagiku sih begitu. Bagiku yang masih seorang mahasiswa yang bahkan tidak menguasai ilmu kepustakaan. Seorang murid sekolah dasar mampu mengembalikan semangat membacaku dan membuatku kembali memutar memori ketika pertama kali aku mengenal buku.

Ini ceritaku hari ini. Ini sepotong kecil peristiwa dalam hidupku yang mampu menginspirasi diriku sendiri untuk bertekad menjadi penyemangat anak2 penerus bangsa untuk menyukai membaca. Seperti seorang yang berjuang demi orang yang dia cinta. Aku mencintai anak2 ini, maka akan aku lakukan apa yang seharusnya bisa aku lakukan.

Jumat, 07 Juli 2017

Review film "THE EDGE OF SEVENTEEN"



Hasil gambar untuk the edge of seventeen
Setelah lama gak update, kali ini saya mau update review film lagi.. yipiii! Horeee!! Kali ini saya mau mereview film THE EDGE OF SEVENTEEN. Film yang  rilis 2016 lalu ini diperankan oleh Hailee steinfield (namanya rada susah ditulis, saya harus goggling dulu buat nulis nama aktris muda ini). Entah kenapa saya jadi suka nontonnya kalau yang main filmnya Hailee, mungkin karena image dia yang cocok banget sama karakter Nadine yang dia perankan di film ini.
 oke, langsung aja yuk cekidot (maaf yaa kalau bahasanya belepotan😅😩)

                Sinopsis dan Jalan Cerita The Edge Of Seventeen menurut sudut pandang saya 


Film The Edge Of Seventeen bercerita tentang Nadine, seorang remaja biasa yang sedang berada dalam masa pubertasnya dan mengalami berbagai macam permasalahan dalam kehidupan bersosialisasi. Dia punya seorang sahabat yang dikenalnya sejak sekolah dasar yaitu Krista (Haley Lu) yang selalu ada setiap saat disampingnya. Dalam lingkungan keluarga, Nadine mempunyai seorang kakak bernama Darian (Blake Jenner, si tamvan favorit saya) yang tampan dan sangat populer disekolahnya dan sangat bertolak belakang dengan Nadine. Nadine dan Darian bahkan hampir tidak pernah akur. Masalah menjadi rumit ketika tanpa sengaja Nadine memergoki kakaknya sedang bersama Krista dalam situasi yang sangat tidak mengenakan dihati Nadine. Hubungan persahabatan mereka pun menjadi berantakan karena Krista tidak mau memilih antara Nadine atau Darian, Nadine akhirnya memutuskan persahabatannya dengan Krista.  Nadine pun menjadi sendirian dan hubungan Krista dan kakaknya menjadi semakin serius sampai akhirnya mereka pun pacaran. Mulai saat itu, Nadine pun mulai mencoba menjahili guru disekolahnya bernama Mr. Brunner (Woody Harelson) dengan berbagai macam cara hanya untuk sekedar menghibur diri. Disamping itu, ada seorang teman dikelasnya bernama Erwin (Hayden Zseto) yang polos dan selalu terlihat salah tingkah jika bersama dengan Nadine, namun Nadine rupanya menyimpan rasa kepada Nick (siapa yah namanya, lupa deh) cowok cool disekolahnya yang bahkan sama sekali tidak tertarik kepada Nadine.
Permasalahan menjadi semakin rumit ketika Nadine yang benar-benar frustasi dengan dirinya sendiri tanpa sadar menulis messenger kepada Nick dengan kata-kata yang sangat vulgar. Setelah dia membaca ulang apa yang sudah dia ketik, dia berniat menghapus ketikannya namun tanpa sengaja dia malah memencet tombol kirim dan, Wallaaa!! Seketika Nadine panik bukan kepalang mengetahui bahwa kata-kata vulgarnya sudah terkirim ke Messenger Facebook Nick.
Nadine segera menuju sekolah untuk menemui Mr. Brunner untuk meminta pertolongan. Mr. Brunner pun menenangkan Nadine dan meminta untuk menghadapi masalahnya sendiri, lalu memberikan nomer teleponnya jika ada sesuatu yang sangat mendesak. Nadine pun beranjak pergi untuk menenangkan diri. Ibu Nadine yang menghubunginya berkali-kalipun tidak dia hiraukan sama sekali.
Setelah beberapa saat, tiba-tiba handphone Nadine berbunyi dan ternyata Nick menghubunginya dan malah mengajak Nadine untuk bertemu malam ini. Nadine yang tadinya hampir mati karena panik berubah menjadi sangat bersemangat, bahkan bersemangat berlebihan.
Malam harinya, Nick menjemput Nadine. Ibu Nadine yang sama sekali tidak sempat melihat wajah Nadine hari itu benar-benar kesal, bahkan setiba ibunya dirumah, kamar Nadine terlihat sangat berantakan. Saking sibuknya mencari baju yang cocok mungkin(kebiasaan cewek kalau mau jalan nih). Darian pun turun tangan mengatasi permasalahan yang sedang menimpa Ibunya dan Nadine.
Kembali ke Nadine dan Nick. (Ini scene paling mendebarkan buat saya karena mengingatkan sesuatu tentang kejadian yang juga pernah saya alami pada jaman dahulu kala😂)
Nadine sama sekali tidak tahu bahwa ternyata Nick bukan tipe Cowok yang berbasa-basi. Dia langsung beraksi mencumbu Nadine. Nadine yang kaget memaksanya berhenti, seketika wajah Nick menjadi kesal karena merasa dipermainkan. Nadine yang polos itupun menahan Nick agar tidak pergi, namun lagi-lagi dia menyerang Nadine tanpa basa-basi. Nadine pun kembali memaksanya berhenti. Nickpun benar-benar kesal dan bingung dengan tingkah wanita yang mengirimnya pesan vulgar malah bersikap seperti itu. Nadine yang baru menyadari alasan Nick mengajaknya bertemu adalah terkait dengan pesan yang dia kirim, langsung turun dari mobil Nick dan meninggalkannya pergi.
Kemana lagi Nadine harus mengadu kecuali kepada Mr. Brunner. Mr. Brunner membawa Nadine kerumahnya dan memperkenalkannya kepada keluarga kecilnya lalu menyuruh Nadine menghubungi Ibunya. Tak beberapa lama kemudian, jemputan Nadine datang. Ternyata itu bukan Ibunya, tapi Darian dan Krista yang menjemputnya. Nadine dan Darianpun kembali bertengkar disana. Darian yang merasa bertanggung jawab dengan Nadine kembali menjelaskan alasannya menjemput Nadine, kemudian meminta Mr. Brunner mengantarkan Nadine pulang.
Nadine yang merasa bersalah dengan tingkahnya selama ini pada kakaknya akhirnya pulang kerumah dengan diantar Mr. Brunner, dia meminta maaf kepada Darian. Darian pun mengerti keadaan Nadine dan mereka berpelukan (ini scene kakak adik yang paling menyentuh di film ini).
Akhirnya masalah keluarganya teratasi. Nadine pun mulai menerima kenyataan bahwa kakaknya berpacaran dengan sahabatnya. Nadine hanya ingin Kakak dan sahabatnya itu bahagia. Dan urusan Cinta, Nadine akhirnya bersama Erwin. Endingnya agak nanggung sih menurut saya, tapi saya lumayan suka sama karakter Erwinnya di film ini.
Gak usah kasih tau endingnya deh, nanti spoiler sampai abis kan gak asyik lagi ditonton wekaweka !! kalau mau tau ya dtonton gan! Sis!.
Untuk peringkatnya saya kasih 8/10 deh film The Edge Of Seventeen ini.
Selamat menyaksikan !!!

My Diary quotes #1

       Kadang aku senang mengkhayalkan diriku sebagai orang lain..
Aku sering membayangkan betapa indahnya suara dan nada2 piano yang aku lantunkan, betapa percaya dirinya aku menunjukan sesuatu yang bisa menjadi kelebihanku.
Tapi itu hanya sepintas khayalan tanpa batas yang aku ciptakan didalam kepala.

Aku bukan seseorang yang punya bakat seperti itu. Aku bukan seseorang yang percaya dengan diriku sendiri. Aku mungkin hanya satu dari sekian banyak manusia random yang bahkan sangat tidak penting didunia.

Iya, kamu tidak perlu menyebutkan kekuranganku satu persatu. Aku tau batasanku dimana, dan harus bagaimana aku menempatkan diri.
Kamu benar dengan segala ucapanmu, aku tidak pernah menyangkalnya sekalipun itu menyakiti hati dan harga diriku. Karena itulah aku sebagai aku.
Apa apa yang telah menjadi memori masa laluku mungkin tidak akan bisa aku putar ulang demi memperbaiki masa depan. Tapi sukses tidak akan pernah mau menunggu jika hanya terus terpaku dengan masa lalu.

Mungkin benar, suksesku nanti bukan sebagai seorang pemain piano bersuara merdu, bukan pula sebagai artis film layar lebar sekaligus model majalah fashion terkenal.
Aku akan sukses dengan caraku sesuai dengan jalan ninjaku *eh, jalan hidupku.
Kita tidak pernah bisa menebak jalan hidup seseorang seburuk apapun dia dimatamu. Untuk itu Tuhan menciptakan makhluk hidupNya untuk hidup dan berkembang. Hiduplah untuk berkembang !! Jangan hanya menunggu mati setelah hidup..

Setelah menulis kata2 barusan, aku kembali merasa bersalah dengan diriku sendiri.
Apakah diriku ini bisa memaafkan aku ? Apakah diriku mampu dengan lapang memaafkan kesalah demi kesalahanku ?
Tidak masalah jika ada seseorang yang kecewa denganku dan sulit memaafkan kesalahanku.
Tapi terkadang, yang membuat manusia tidak tenang ketika ada seseorang yang tidak mau memaafkannya adalah rasa bersalahnya terhadap dirinya sendiri. Dirinya sendiri saja tidak mampu dengan lapang dada memaafkan dirinya sendiri lalu bagaimana orang lain bisa memaafkannya ?
Tidak peduli bagaimanapun hasilnya, karena ketika kamu sudah memaafkan kesalahan dirimu sendiri, kamu akan dengan mudah menerima kenyataan bahwa semuanya sudah terjadi dan tidak bisa dihindari. Minta maaf dengannya, sampaikan rasa bersalahmu. Urusan dia memaafkan atau tidak itu tinggal menjadi urusannya dengan dirinya sendiri.

Seseorang pernah berkata padaku, bahwa meminta maaf kepada diri sendiri adalah cara paling efektif untuk menghindari depresi. Itu benar dan aku sangat berterimakasih karena dengan memaafkan diriku sendiri, sekarang aku menjadi lebih mudah memaafkan kesalahan orang lain yang menyakiti hati dan harga diriku😊😊

Jumat, 23 Juni 2017

Reviev Film Alice Through The Looking Glass

Hasil gambar
     
Sinopsis Film "Alice through the Looking Glass"

Kali ini saya mau review film Alice Through The Looking Glass. Film ini bagian keduanya film Alice  In Wonderland, tapi kali ini cara Alice masuk ke negri Underland bukan dari lubang sumur tapi melalui cermin ajaib (ini bukan cerminnya Ibu tiri Snow White yah!).  Para pemainnya masih tetap sama dengan film pertamanya, yaitu Alice yang diperankan oleh Mia Wasikowska. Pada film ini kita akan diajak untuk menggali lebih dalam tentang kisah kehidupan masa lalu Mad Hatter yang diperankan oleh Jhony Depp dan juga bagaimana hubungan Kakak beradik White Queen dan Red Queen yang ternyata menyimpan sebuah rahasia dimasa lalu yang membuat Red Queen menjadi jahat. Pada akhir cerita, kita seperti diberikan pesan dari film ini yaitu, bahwa “masa lalu tidak akan bisa dirubah, tapi kita bisa belajar darinya”.



Review Film "Alice through the Looking Glass"
 Hatter yang selama ini mengira seluruh anggota keluarganya telah tewas  percaya bahwa keluarganya masih hidup dan meminta Alice untuk mempercayainya, namun Alice bingung bagaimana cara menolong Hatter mencari keluarganya, padahal keluarga Hatter telah benar-benar tiada. Hatter yang tadinya bahagia setelah kembalinya Alice, berubah menjadi murung dan bahkan mengusir Alice dari rumahnya karena Alice tidak percaya dengan keyakinan Hatter mengenai keluarganya yang masih hidup.
Alice pun kembali menemui White Queen dan teman-temannya yang lain, lalu mejelaskan bahwa dia bingung bagaimana  cara menolong Hatter yang psikologisnya sedang berantakan. White Queen kemudian mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menghidupkan kembali orang yang telah meninggal, kecuali dengan kembali kemasa lalu agar bisa mencegah kematian keluarga Hatter terjadi. Tapi bagaimana caranya Alice bisa kembali kemasa lalu ?
Alice harus mencuri mesin waktu yaitu Chronosphere milik Time si penjaga waktu  untuk bisa kembali kemasa lalu dan mencegah kematian keluarga Hatter. Time rupanya menjalin hubungan dengan sang Ratu Jahat, Red Queen. Red Queen juga berniat memiliki chronospehere, namun Alice lebih dulu mencurinya dari Time. Time yang kehilangan Chronsosphere  pun mengejar Alice yang kembali kemasa lalu.
Setelah bisa kembali kemasa lalu, Alice berhasil menemui Hatter sewaktu muda. Rupanya saat itu adalah hari penobatan sang Red Queen sebagai ratu, namun sayang acara penobatan itu gagal karena Red Queen berkata kasar kepada rakyatnya karena menertawainya dan yang saat itu tertawa paling keras adalah Hatter. Alice mencoba memperingatkan Hatter bahwa dia akan kehilangan keluarganya, namun Hatter tidak percaya dan pergi meninggalkan Alice.
Alice menyadari bahwa ternyata dia harus kembali kemasa lalu lagi untuk mengetahui penyebab Red Queen menjadi jahat dan mengapa kepalanya bisa berbentuk se absurd itu. Barangkali dia bisa mengehentikan kejadian tersebut lalu Red Queen tidak akan sejahat sekarang.
Alice yang berniat menolong Red Queen kecil  yang sedang berlari keluar dari kerajaan karena kecewa dengan White Queen yang menyalahkan dan menuduhnya telah memakan kue tart didalam kamar tidur malah menjadi penyebab Red Queen terjatuh dan kepalanya terbentur keras dan membuat kepalanya se absurd sekarang. Disinilah Alice menyadari bahwa dia tidak akan pernah bisa mengubah takdir yang ada dimasa lalu.
Alice kembali melakukan perjalanan waktu ke hari dimana naga kesayangan Red Queen menyerang warga desa yang pernah menertawakannya dulu, tak terkecuali keluarga Hatter. Namun dibalik kobaran api, Alice menyaksikan keluarga Hatter tidak terbunuh melainkan ditangkap oleh prajurit pasukan Red Queen.
Alice pun kembali kemasa sekarang dan menemui Hatter yang sedang sakit. Alice mengatakan bahwa dia percaya pada Hatter, Hatter yang lesu dan tampak tidak bersemangat akhirnya kembali seperti semula. Alice, Hatter, dan teman-temannya yang lain pun pergi menuju kerajaan Red Queen dimana mereka yakini bahwa keluarga Hatter dikurung didalam istana.
Didalam istana, mereka tidak bisa menemukan dimana keluarga Hatter. Hatter yang hampir  putus asa kemudian menatap sebuah wadah berpasir yang ternyata keluarga Hatter yang mengecil berada didalamnya. Rupanya Red Queen mengetahui kedatangan Alice dan kawa-kawan lalu mengambil Chronospehere lalu membawa White Queen kembali kemasa lalu untuk memaksanya mengakui kesalahannya pada masa lalu.
Alice yang dikurung diistana Red Queen tiba-tiba dibebaskan oleh anak buah Red Queen yang sakit hati terhadap perlakuan Red Queen selama ini. Alice dan Hatter pun pergi menyusul Red Queen yang memaksa White Queen mengakui kesalahannya saat dia dituduh memakan kue tart dikamar tidur, namun white Queen tetap berkata bohong. Red Queen yang marah besar akhirnya berteriak keras dan membuat semua yang ada disana berubah menjadi berkarat termasuk Red Queen.
Alice, Hatter, dan White queen harus berkejaran dengan waktu dan karat yang mengejar mereka kemasa sekarang. Alice hampir gagal meletakan kembali Chronospehere ke tempat asalnya dan membuat semua yang ada didunia menjadi karat. Namun medan elekrtomagnetik yang dimiliki chornospehere mampu menarik choronospehere kembali ketempatnya semula. Karat pun perlahan menghilang dan keadaan menjadi seperti semula.

Pada akhir cerita, saya sedikit terharu ketika Red Queen dan White Queen berpelukan dan saling memaafkan kejadian dimasa lalu. Dan Sepertinya saya keterusan, malah menceritakan filmnya dari awal sampai akhir.

Makalah Bahasa Inggris : Penggunaan TIK untuk berkomunikasi dan berkolaborasi untuk peserta didik


Link download versi miscrosoft word ada dibawah, setelah makalah ini👇👇 cekidot ini isi makalahnya yawh...

PAPER

About :

Using ICT to Communicate and Collaborate,

and Using ICT to Inspire and Engage



Subject: Information Technology

Lecturer : Yasyir Fahmi M., M.Pd..

 

English Department
Compiled by Group IV :
DWI MEYDIANTI                            (3061512034)
FITRI WAHYUNI                             (3061512035)





SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP PGRI) BANJARMASIN
2017